meraih mimpi
Meraih Mimpi
Mencoba Meraih Mimpi
Meraih Mimpi merupakan film animasi musikal yang disutradarai Phil Mitchell. Film ini diadaptasi dari buku berjudul Sing to the Dawn karya Minfung Ho. Naskah filmnya sendiri ditulis ulang oleh Nia Dinata. Film ini dibintangi (pengisi suara) oleh Gita Gutawa, Patton, Surya Saputra, Indra Bekti, Cut Mini, Shanty, Ria Irawan, dan lainnya. Film berdurasi 93 menit ini merupakan jenis animasi tiga dimensi, inovatif bagi film Indonesia, khususnya film animasi.
Film ini berkisah tentang petualangan seorang gadis bernama Dana (Gita Gutawa) dan adiknya, Rai (Patton). Warga desa tempat Dana tinggal menghadapi masalah yaitu rumah-rumah mereka akan dibangun secara paksa karena akan dibangun kawasan perjudian. Keluarga Dana dan warga menerima teror dari anak tuan Pairot (Surya Saputra), tuan tanah yang mengklaim tanah desa tersebut miliknya. Namun suatu ketika Dana mendapat info dari seorang kakek bahwa surat wasiat tersebut palsu dan yang asli ternyata ada di sebuah tempat rahasia. Atas petunjuk dari sang kakek, Dana bersama Rai berusaha mencari surat wasiat itu untuk menyelamatkan desanya.
Sebagai film musikal anak-anak, Meraih Mimpi tergolong cukup lumayan. Musik dan lagu yang penekanannya menjadi filmnya mampu disajikan dengan apik dalam beberapa adegannya dalam momen yang pas. Beberapa nomor lagu pun dibawakan dengan manis oleh para tokohnya secara bergantian, tentu yang paling dominan adalah Dana (Gita Gutawa). Sayangnya, sekuen musikalnya tidak imbang antara paruh pertama dan kedua. Adapun satu nomor yang menonjol adalah yang dibawakan tuan Pairot yang berniat membangun areal perjudian yang mampu disajikan begitu atraktif dan menarik, tidak kalah dengan film-film animasi musikal luar. Satu kelemahannya adalah gerakan bibir dengan vocal atau kata-kata yang diucapkan hasilnya tidak pas. Gerak bibir terlihat hanya sekedar membuka dan menutup mulut saja.
Seperti film kita kebanyakan aspek cerita kembali menjadi kelemahan filmnya. Dari sisi cerita sejak awal filmnya sudah tampak tidak fokus. Masalah penyelesaian tanah yang menjadi inti masalah cerita seolah-olah bukan menjadi masalah besar di awal cerita. Masalah kawin paksa justru ditonjolkan sekadar untuk mengulur cerita. Logika cerita juga seperti biasa juga banyak memiliki kelemahan. Berbagai masalah muncul dan solusi langsung datang begitu saja. Masalah surat wasiat palsu (atau asli), bagaimana warga bisa mengetahui surat itu asli atau palsu. Apa juga cuma gara-gara omongan si kakek hal tersebut bisa dipercaya? Lalu juga si preman tangan kanan Pairot yang dominan di paruh awal cerita, sama sekali tidak tampak di klimaks berikutnya.
Meraih Mimpi yang menjadi judul filmnya bisa pula dipertanyakan. Mimpi siapa? Dana? Ayahnya? Pasangan? Atau semuanya? Beasiswa yang menjadi impian utama Dana sedikit kabur oleh masalah pembangunan tanah. Belum lagi tokoh-tokoh hewan yang maunya menjadi variasi cenderung malah mengganggu cerita secara keseluruhan. Penggunaan aksen (hewan) yang beragam dan tidak pas dengan karakternya justru membuat dialog sulit untuk dipahami. Terlepas dari berbagai kelemahannya, usaha Meraih Mimpi untuk melakukan terobosan bagi perkembangan film animasi di negeri ini patut kita acungi jempol.